Jumat, 05 Januari 2018

5 Manfaat Belajar Matematika di Masa Depan



  1. Pola Pikir Sistematis
Matematika adalah salah satu pelajaran yang membantu kamu berpikir secara sistematis. Hal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan, baik dalam pekerjaan maupun keseharian.
Melalui kebiasaan berhitung, berlatih deret, dan sejenisnya, secara tidak sadar kamu telah memaksa otak untuk terbiasa berpikir secara runut. Hal ini akan membuatmu mudah dalam mengorganisasi segala sesuatu. Kemampuan ini yang juga sangat mendukung untuk menjadi seorang pemimpin kelak ketika kamu dewasa.
  1. Logika Berpikir Lebih Berkembang
Seluruh aspek dalam pelajaran matematika berbicara mengenai kemampuan berpikir logis. Tidak ada asumsi, praduga, atau tebak-tebakan. Semua harus dihasilkan melalui penghitungan yang tepat.
Bahkan berdasarkan literasi yang ditulis oleh Johnson dan Rising (1972), matematika dibentuk atas dasar kebutuhan pembuktian yang logis. Pernyataan ini tentu semakin menguatkan posisi matematika sebagai media pembelajaran efektif agar kamu tumbuh menjadi orang yang anti-galau. Logika akan membantu menajamkan pola pikir, yang tentu membuat kamu mampu mengambil keputusan secara matang.
Tentu kamu cukup peka melihat kondisi masyarakat sekarang yang mudah terbius informasi hoax, kan? Itu adalah satu dari contoh kemampuan berpikir logis yang rendah. Melakukan latihan soal matematika akan secara paralel melatih otak menggunakan logika berpikir secara optimal. Setidaknya, kamu akan menjadi generasi yang lebih banyak berpikir dengan logika sebelum bertindak.
  1. Terlatih Berhitung
Siapa yang tidak membutuhkan kemampuan berhitung? Tidak ada, bukan? Semua orang butuh keterampilan berhitung. Bahkan dalam skala yang sangat sederhana seperti menghitung uang kembalian.
Sayangnya, hal ini kurang disadari oleh sebagian siswa. Penggunaan angka yang sejatinya simbol untuk mengukur hasil, malah menjadi hal yang dihindari. Perlu dicamkan, kebutuhan berhitung memang tidak perlu ahli, namun setidaknya mampu melakukannya dengan tepat dan cepat. Apalagi, jika kelak kamu adalah seorang pebisnis. Tentu kamu tidak ingin salah menghitung keuntungan.
  1. Mampu Menarik Kesimpulan Secara Deduktif
Matematika sering disebut juga sebagai ilmu yang bersifat deduktif. Artinya, matematika membantu seseorang dalam menarik kesimpulan berdasarkan pola yang umum. Hal ini akan membiasakan otak kita untuk berpikir secara objektif.
Kemampuan berpikir objektif lagi-lagi adalah satu dari sekian banyak soft skill yang dicari oleh seluruh bidang kerja. Bukan cuma itu, dengan sering menyelesaikan latihan matematika berupa kasus logika, kamu pun akan terbiasa berpikir secara rasional.
  1. Menjadi Teliti, Cermat, dan Sabar
Pelajaran matematika sarat akan soal-soal yang rumit dan panjang. Hal yang tentu membutuhkan kesabaran dalam menyelesaikannya. Terlebih jika salah satu langkah saja, maka bisa jadi kamu harus mengulang kembali proses menghitung dari awal.
Tahukah kamu, seorang yang terbiasa menyelesaikan persoalan matematika yang rumit dapat berkembang menjadi seorang yang lebih teliti, cermat, serta sabar? Kondisi ini bisa lahir melalui pembiasaan dengan soal-soal matematika. Buktinya, profesi semacam analis, ilmuwan, atau akuntan, biasa dijalani oleh orang-orang yang teliti dalam menelaah data.
Terlepas dari apapun cita-cita kamu, pelajaran matematika dapat membantumu untuk mencapainya. Karena inilah manfaat pelajaran matematika yang pada hakikatnya beririsan dengan beragam bidang kerja. Maka, mulailah mencintai pelajaran matematika, niscaya kamu akan menikmati saat mempelajarinya dan juga menggunakan manfaat pelajaran matematika di kehidupanmu.

Belajar Matematika Yang Menyenangkan



Tidak bisa ditampik lagi kalau bidang studi matematika kerap menjadi momok bagi anak-anak. Mereka selalu merasa kesulitan dalam menghitung, memahami soal cerita, hingga menghafalkan rumus-rumus yang jumlah tidak sedikit. Akhirnya anak-anak jadi membenci matematika dan malas mempelajarinya dengan lebih serius. Sebenarnya matematika bukanlah sesuatu yang sulit untuk dipelajari. Setiap anak bisa memahami dengan baik asal cara belajarnya tepat. Belajar matematika tidak bisa dilakukan dengan drill soal terus menerus agar paham. Belajar matematika harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan agar anak-anak bisa mudah memahaminya tanpa merasa kesulitan dan terpaksa.
Adapun cara agar siswa merasa senang belajar matematika, yaitu : Pertama, belajar di alam terbuka. Tidak selamanya kegiatan belajar mengajar dilakukan di dalam ruangan kelas. Ada kalanya, anak-anak harus diajak ke luar ruangan untuk belajar dengan cara yang lebih seru. Dalam belajar matematika juga demikian, anak-anak bisa diajak keluar ruangan lalu belajar secara menyenangkan. Bila perlu menggunakan alam sekitar untuk menunjang pembelajarannya. Anak-anak bisa diajarkan cara berhitung dengan menyenangkan, misal dengan daun-daun atau bunga. Mereka bisa diajarkan pengurangan dengan melakukan transaksi pembelian di pasar atau kantin. Hal-hal semacam ini lebih mendekatkan anak-anak pada penerapan matematika yang secara tidak langsung juga meningkatkan kemampuan matematisnya.
Kedua, menggunakan permainan. Selain belajar di alam terbuka, belajar matematika juga bisa dilakukan dengan permainan yang menyenangkan. Permainan yang bisa dilakukan ada dua jenis. Pertama permainan yang dilakukan secara langsung, misal berhitung dengan jari, cepat-cepatan menjawab, dan lain sebagainya. Permainan kedua bisa dilakukan dengan alat peraga dan juga aplikasi yang ada pada komputer atau ponsel pintar. Dewasa ini, aplikasi belajar matematika pada ponsel pintar sudah banyak sekali jenisnya. Anak-anak bisa diajak bermain sesuai dengan tingkatan kemampuannya. Misal aplikasi belajar penjumlahan, perkalian, hingga soal-soal pemecahan masalah lainnya.Untuk alat peraga, anak bisa diajarkan untuk mencari luas, volume, dan belajar pecahan dengan bahan kertas karton yang digunting.
Ketiga, mempelajari trik-trik metematika. Bagi anak-anak, hal paling menyebalkan dari belajar matematika adalah susahnya menghafal rumus. Hampir di setiap materi matematika, rumus yang digunakan cukup banyak dan semakin sulit. Bagi mereka yang memiliki daya ingat, menghafal rumus tidak akan jadi masalah. Namun bagi mereka yang susah dalam hal menghafal bisa menjadi masalah yang cukup fatal. Untuk mengatasi hal ini, beberapa trik matematika akhirnya diciptakan. Dengan trik ini, matematika bisa dipelajari dengan lebih menyenangkan. Trik dalam matematika bisa berupa bagaimana menghitung dengan cepat, mencari nilai tertentu tanpa rumus rumit, hingga menggunakan jembatan keledai untuk menghafalkan rumus-rumus yang cukup panjang dan membingungkan.
Keempat, mempelajari sempoa. Sempoa adalah alat hitung yang banyak digunakan oleh masyarakat Tiongkok. Dengan alat ini, hampir semua operasi bilangan bisa dilakukan dengan baik dan benar. Anak bisa diajari menggunakan sempoa untuk lebih memudahkan mereka dalam hal menghitung. Anak-anak jadi lebih cepat dalam menghitung sehingga waktu yang dihabiskan untuk belajar jauh lebih sedikit. Seiring dengan berjalannya waktu, anak-anak jadi tidak membutuhkan sempoa lagi. Dengan gerakan tangannya yang membayangkan sempoa, dia bisa melakukan penghitungan cepat. Metode sempoa bisa diajarkan pada anak-anak sejak dini. Begitu mereka menguasai metode sempoa, anak-anak akan menerapkannya terus menerus hingga mereka masuk ke SMP dan SMA.

Kesulitan Yang di Alami Siswa Saat Belajar Matematika



Matematika yang merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya adalah sebuah sistem matematika. Sistem matematika berisikan model-model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata. Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola piker matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Selain mengetahui karakteristik matematika, guru SD perlu juga mengetahui taraf perkembangan siswa SD secara baik dengan mempertimbangkan karakteristik ilmu matematika dan siswa yang belajar.
Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Taraf berfikirnya belum formal dan relatif masih kongkret, bahkan untuk sebagian anak SD kelas rendah masih ada yang pada tahap pra-kongkret belum memahami hokum kekekalan, sehingga sulit mengerti konsep-konsep operasi, seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Sedangkan anak SD pada tahap berfikir kongkret sudah bisa memahami hokum kekekalan, tetapi belum bisa diajak untuk berfikir secara deduktif sehingga pembuktian dalil-dalil matematika sulit untuk dimengerti oleh siswa. Siswa SD kelas atas (lima dan enam, dengan usia 11 tahun ke atas) sudah pada tahap berfikir formal. Siswa ini sudah bisa berfikir secara deduktif.
Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kesulitan belajar anak didik yang lain. Warkitri dkk mengemukakan kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada siswa yang ditandai adanya hasil belajar rendah dibanding dengan prestasi yang dicapai sebelumnya. Jadi, kesulitan belajar itu merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan- hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar (1990:8). M. Alisuf Sabri mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran disekolah, kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh seorang Guru (1995:88).
Berhubungan dengan pelajaran matematika, siswa yang mengalami kesulitan belajar antara lain disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut.
1. Siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar. Siswa belum sampai keproses abstraksi dan masih dalam dunia konkret. Dia belum sampai kepemahaman yang hanya tahu contoh- contoh, tetapi tidak dapat mendeskripsikannya.
2. Siswa tidak mengerti arti lambang-lambang. Siswa hanya menuliskan/ mengucapkan tanpa dapat menggunakannya. Akibatnya, semua kalimat matematika menjadi tidak berarti baginya.
3. Siswa tidak dapat memahami asal- usul suatu prinsip. Siswa tahu apa rumusnya dan menggunakannya, tetapi tidak mengetahui dimana atau dalam konteks apa prinsip itu digunakan.
4. Siswa tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur. Ketidaksamaan menggunakan operasi dan prosedur terdahuluberpengaruh kepada pemahaman prosedur lainnya.
5. Ketidaklengkapan pengetahuan. Ketidaklengkapan pengetahuan akan menghambat kemampuan siswa untuk memecahkan masalah matematika, sementara itu pelajaran terusberlanjut secara berjenjang (Sholeh, 1998:39-40).
Faktor lain yang membuat anak didik kesulitan belajar adalah : Pertama, Faktor Anak Didik. Anak didik adalah subjek dalam belajar. Dialah yang merasakan langsung penderitaan akibat kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami oleh anak didik tidak hanya bersifat menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan usaha- usaha tertentu. Faktor penyebab kesulitan belajar anak didik ini adalah: a) inteligensi (IQ) yang kurang baik, b) bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, c) aktifitas belajar yang kurang, lebih banyak malas daripada melakukan aktifitas belajar, d) kebiasaan belajar yang kurang baik, belajar dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan tidak dengan pengertian, dan e) tidak ada motivasi dalam belajar, sehingga materi pelajaran sukar diterima dan diserap oleh anak didik. Kedua,  Faktor Sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah rehabilitasi anak didik. Sebagai lembaga pendidikan yang besar tentunya sekolah juga mempunyai dampak yang besar bagi anak didik. Kenyamanan dan ketenangan anak didik dalam belajar sangat ditentukan oleh kondisi dan system sosial dalam menyeiakan lingkungan yang kondusif. Bila tidak, sekolah akan ikut terlibat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik. Faktor- faktor penyebab kesulitan belajar dari sekolah seperti :  a) pribadi guru yang tidak baik, b) guru yang tidak berkualitas dalam pengambilan metode yang digunakan dalam mengajar, c) suasana sekolah yang kurang mnyenangkan, misalnya bising karena letak sekolah berdekatan dengan jalan raya, d) waktu sekolah dan disiplin yang kurang, dan e) perpustakaan belum lengkap dengan buku- buku pelajarannya untuk anak didik

Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar Matematika



Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk memotivasi diri sendiri, dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. kecerdasan emosional bisa juga dikatakan sebagai serangkaian kemampuan pribadi yang dimiliki siswa untuk mengatur emosinya. Kecerdasan emosional dapat menuntun siswa dalam bertingkah laku dan meraih keberhasilan yang dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut ialah mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), dan kemampuan untuk membina hubungan (kerja sama) dengan orang lain atau sesama siswa.
Ada beberapa komponen tentang kecerdasan emosional, diantaranya yaitu : Pertama, Mengenali emosi diri adalah kesadaran diri yang mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kesadaran diri adalah perhatian terus-menerus terhadap keadaan batin seseorang. Kedua, Mengelola emosi berhubungan dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, dan akibat-akibat dari yang ditimbulkan karena
gagalnya keterampilan emosional dasar. Ketiga, Memotivasi diri sendiri kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Keempat, Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan berempati yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain ikut berperang dalam persaingan kehidupan. Kelima, Membina hubungan. Individu yang terampil dalam membina hubungan dengan orang lain dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka membaca reaksi dan perasaan orang lain, mampu memimpin dan mengorganisasi, serta pandai dalam menangani perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan.
Selain komponen, kecerdasan emosional juga mempunyai cirri-ciri dintaranya yaitu : Optimis dan positif saat menangani situasi-situasi dalam hidup, seperti halnya saat menangani berbagai peristiwa dan tekanan atau masalah-masalah pribadi yang ada. Terampil dalam mengelola emosi, yaitu terampil dalam mengenali kesadaran emosi diri dan ekspresi emosi, juga kesadaran emosi terhadap orang lain. Memiliki kecakapan kecerdasan emosi yang tinggi. Memiliki nilai-nilai belas kasih atau empati, intuisi, radius kepercayaan, daya pribadi, dan integritas.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil belajar memiliki beberapa ranah atau kategori dan secara umum merujuk kepada ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.
Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengetahui kesesuaian antara hasil belajar dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Setelah kita melihat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antar kecerdasan emosional dengan prestasi hasil belajar adalah dapat kita lihat dari kecerdasan emosional peserta didik itu sendiri untuk menghasilkan sebuah prestasi yang baik di akhir.